Wednesday, September 19, 2012
PENGAKUAN CINTA RASUL
Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al Atsari
Seseorang tidaklah menjadi orang yang beriman sempurna, sampai dia mencintai Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih daripada seluruh manusia. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
"Tidaklah beriman –dengan keimanan yang sempurna- salah seorang dari kamu, sampai aku menjadi yang paling dia cintai daripada bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia" [HR Bukhari, no. 15; Muslim, no. 44; dari Anas bin Malik].
Jika seseorang mencintai Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih daripada seluruh manusia, maka dia akan mengikuti petunjuk beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia akan lebih mengutamakan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam daripada petunjuk siapa saja dari kalangan manusia.
Al Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Ketahuilah, orang yang mencintai sesuatu, ia akan mengutamakannya dan mengutamakan kecocokan dengannya. Jika tidak, maka ia tidak benar di dalam kecintaannya, dan dia (hanya) sebagai orang yang mengaku-ngaku saja. Maka orang yang benar di dalam kecintaannya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah, orang yang nampak darinya tanda-tanda tersebut. Yang pertama dari tanda-tanda itu adalah, meneladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, mengamalkan sunnahnya (ajarannya), mengikuti perkataan dan perbuatannya, dan beradab dengan adab-adabnya, pada waktu kesusahan dan kemudahan, pada waktu senang dan benci”.[1]
Imam Ibnu Rajab al Hambali rahimahullah berkata: “Kecintaan yang benar mengharuskannya mengikuti dan mencocoki di dalam kecintaan apa-apa yang dicintai dan kebencian di dalam apa-apa yang dibenci... Maka barangsiapa mencintai Allah dan RasulNya dengan kecintaan yang benar dari hatinya, hal itu menyebabkan dia mencintai -dengan hatinya- apa yang dicintai oleh Allah dan RasulNya, dan dia membenci apa yang dibenci oleh Allah dan RasulNya, ridha dengan apa yang diridhai oleh Allah dan RasulNya, murka terhadap yang dimurkai oleh Allah dan RasulNya, dan dia menunjukkan kecintaan dan kebenciannya ini dengan anggota badannya”.[2]
Ustadz Abu Isma’il Muslim al Atsari
Seseorang tidaklah menjadi orang yang beriman sempurna, sampai dia mencintai Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih daripada seluruh manusia. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
"Tidaklah beriman –dengan keimanan yang sempurna- salah seorang dari kamu, sampai aku menjadi yang paling dia cintai daripada bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia" [HR Bukhari, no. 15; Muslim, no. 44; dari Anas bin Malik].
Jika seseorang mencintai Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih daripada seluruh manusia, maka dia akan mengikuti petunjuk beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia akan lebih mengutamakan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam daripada petunjuk siapa saja dari kalangan manusia.
Al Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Ketahuilah, orang yang mencintai sesuatu, ia akan mengutamakannya dan mengutamakan kecocokan dengannya. Jika tidak, maka ia tidak benar di dalam kecintaannya, dan dia (hanya) sebagai orang yang mengaku-ngaku saja. Maka orang yang benar di dalam kecintaannya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah, orang yang nampak darinya tanda-tanda tersebut. Yang pertama dari tanda-tanda itu adalah, meneladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, mengamalkan sunnahnya (ajarannya), mengikuti perkataan dan perbuatannya, dan beradab dengan adab-adabnya, pada waktu kesusahan dan kemudahan, pada waktu senang dan benci”.[1]
Imam Ibnu Rajab al Hambali rahimahullah berkata: “Kecintaan yang benar mengharuskannya mengikuti dan mencocoki di dalam kecintaan apa-apa yang dicintai dan kebencian di dalam apa-apa yang dibenci... Maka barangsiapa mencintai Allah dan RasulNya dengan kecintaan yang benar dari hatinya, hal itu menyebabkan dia mencintai -dengan hatinya- apa yang dicintai oleh Allah dan RasulNya, dan dia membenci apa yang dibenci oleh Allah dan RasulNya, ridha dengan apa yang diridhai oleh Allah dan RasulNya, murka terhadap yang dimurkai oleh Allah dan RasulNya, dan dia menunjukkan kecintaan dan kebenciannya ini dengan anggota badannya”.[2]
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
12:34 PM
Thursday, August 9, 2012
Berdiri untuk Seseorang
عن أبي مجلز قال خرج معاوية على بن الزبير وبن عامر فقام بن عامر وجلس بن الزبير فقال معاوية لابن عامر اجلس فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من أحب أن يمثل له الرجال قياما فليتبوأ مقعده من النار
Dari Abu Mijlaz ia berkata : Mu’awiyyah keluar menemui Ibnuz-Zubair dan Ibnu ‘Aamir. Maka Ibnu ‘Aamir berdiri sementara Ibnuz-Zubair tetap duduk. Berkata mu’awiyyah kepada Ibnu ‘Aamir : “Duduklah, sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Barangsiapa yang suka seseorang berdiri untuknya, maka persiapkanlah tempat duduknya di neraka” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad no. 977, Abu Dawud no. 5229, At-Tirmidzi no. 2753, Ahmad 4/93, dan Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahaan 1/219; shahih].
عن عبد الله بن بريدة قال : خرج معاوية فرآهم قياما لخروجه ، فقال لهم : اجلسوا فإن رسول الله صلى الله
عليه وسلم قال : من سره أن يقوم له بنو آدم ، و جبت له النار.
Dari ‘Abdullah bin Buraidah, ia berkata : “(Pada satu hari) Mu’awiyyah keluar dan ia melihat orang-orang berdiri karenanya. Maka Mu’awiyyah berkata kepada mereka : ‘Duduklah kalian, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda : ‘Barangsiapa yang suka anak-anak Adam berdiri untuknya, wajib baginya untuk masuk neraka” [Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy 2/38-39 dan Al-Khathiib dalam Taariikh Baghdad 13/193; lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 357].
عن عبد الرزاق بن سليمان بن علي بن الجعد قال : سمعت أبي يقول : " لما أحضر المأمون أصحاب الجوهر ، فناظرهم على متاع كان معهم ، ثم نهض المأمون لبعض حاجته ، ثم خرج ، فقام كل من كان في المجلس إلا ابن الجعد ، فإنه لم يقم ، قال : فنظر إليه المأمون كهيئة المغضب ، ثم استخلاه فقال له : يا شيخ ما منعك أن تقوم لي كما قام أصحابك ؟ قال : أجللت أمير المؤمنين للحديث الذي نأثره عن النبي صلى الله عليه وسلم ، قال : و ما هو ؟ قال علي بن الجعد : سمعت المبارك بن فضالة يقول : سمعت الحسن يقول قال النبي صلى الله عليه وسلم : (فذكره باللفظ الأول) قال : فأطرق المأمون متفكرا في الحديث ، ثم رفع رأسه فقال : لا يشترى إلا من هذا الشيخ ، قال : فاشترى منه في ذلك اليوم بقيمة ثلاثين ألف دينار " .
Dari ‘Abdurrazzaq bin Sulaiman bin ‘Aliy bin Al-Ja’d, ia berkata : Aku mendengar ayahku berkata : “Ketika Al-Ma’muun kedatangan para pedagang batu permata, maka ia mengamat-amati barang yang mereka bawa. Kemudian Al-Ma’muun beranjak karena ada satu hajat dan keluar dari majelisnya. Berdirilah semua orang yang ada di majelis itu kecuali Ibnul-Ja’d – ia tidak berdiri (untuk Al-Ma’muun). Maka Al-Ma’muun pun melihat kepadanya yang seakan-akan ia marah kepadanya. Al-Ma’muun menghampirinya dan berkata : “Wahai Syaikh, apa yang menghalangimu untuk berdiri untukku sebagaimana para shahabatmu berdiri ?”. Ibnul-Ja’d menjawab : “Aku menghormati Amiirul-Mukminin (dengan cara demikian) dikarenakan hadits yang kami riwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam”. Al-Ma’muun bertanya : “Apa itu ?”. ‘Ali bin Al-Ja’d berkata : Aku mendengar Al-Mubaarak bin Fudlaalah, ia berkata : Aku mendengar Al-Hasan berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Barangsiapa yang suka seseorang berdiri untuknya, maka persiapkanlah tempat duduknya di neraka”. Al-Ma’muun tertunduk sambil memikirkan hadits itu, yang kemudian ia mengangkat kepalanya seraya berkata : “Aku tidak akan membeli (batu permata) kecuali dari syaikh ini”. ‘Abdurrazzaq berkata : “Maka pada hari itu Al-Ma’muun berdiri membeli batu permata dari syaikh tersebut senilai 30.000 dinar” [Diriwayatkan oleh Adz-Dzahabiy dalam As-Siyar 10/466, Taariikh Baghdad 11/361, dan yang lainnya; shahih].
Al-Imam Al-Munawiy rahimahullah berkata saat menjelaskan hadits ‘barangsiapa yang suka seseorang berdiri untuknya, maka persiapkanlah tempat duduknya di neraka’ :
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
3:11 PM
Wednesday, August 8, 2012
SIFAT-SIFAT KHAWARIJ
Oleh
Muhammad Abdul Hakim Hamid
MUQADDIMAH
Khawarij mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat yang menonjol. Sebaik-baik orang yang meluruskan sifat-sifat ini adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan sifat-sifat kaum ini dalam hadits-haditsnya yang mulia.
Disini akan dipaparkan penjelasan sifat-sifat tersebut dengan sedikit keterangan, hal itu mengingat terdapat beberapa perkara penting, antara lain :
Dengan mengetahui sifat-sifat ini akan terbukalah bagi kita ciri-ciri ghuluw (berlebih-lebihan) dan pelampauan batas mereka, dan tampaklah di mata kita sebab-sebab serta alasan-alasan pendorong yang menimbulkan hal itu. Dalam hal yang demikian itu akan menampakkan faedah yang tak terkira.
Keberadaan mereka akan tetap ada hingga di akhir zaman, seperti dikabarkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam satu riwayat. Oleh karenanya mengetahui sifat-sifat mereka adalah merupakan suatu perkara yang penting.
Dengan mengetahui sifat mereka dan mengenali keadaannya akan menjaga diri dari terjatuh ke dalamnya. Mengingat barangsiapa yang tidak mengetahui keburukan mereka, akan terperangkap di dalamnya. Dengan mengetahui sifat mereka, akan menjadikan kita waspada terhadap orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut, sehingga kita dapat mengobati orang yang tertimpa dengannya.
Berkenan dengan hal ini akan kami paparkan sifat-sifat tersebut berdasarkan hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia.
[1]. SUKA MENCELA DAN MENGANGGAP SESAT
Muhammad Abdul Hakim Hamid
MUQADDIMAH
Khawarij mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat yang menonjol. Sebaik-baik orang yang meluruskan sifat-sifat ini adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan sifat-sifat kaum ini dalam hadits-haditsnya yang mulia.
Disini akan dipaparkan penjelasan sifat-sifat tersebut dengan sedikit keterangan, hal itu mengingat terdapat beberapa perkara penting, antara lain :
Dengan mengetahui sifat-sifat ini akan terbukalah bagi kita ciri-ciri ghuluw (berlebih-lebihan) dan pelampauan batas mereka, dan tampaklah di mata kita sebab-sebab serta alasan-alasan pendorong yang menimbulkan hal itu. Dalam hal yang demikian itu akan menampakkan faedah yang tak terkira.
Keberadaan mereka akan tetap ada hingga di akhir zaman, seperti dikabarkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam satu riwayat. Oleh karenanya mengetahui sifat-sifat mereka adalah merupakan suatu perkara yang penting.
Dengan mengetahui sifat mereka dan mengenali keadaannya akan menjaga diri dari terjatuh ke dalamnya. Mengingat barangsiapa yang tidak mengetahui keburukan mereka, akan terperangkap di dalamnya. Dengan mengetahui sifat mereka, akan menjadikan kita waspada terhadap orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut, sehingga kita dapat mengobati orang yang tertimpa dengannya.
Berkenan dengan hal ini akan kami paparkan sifat-sifat tersebut berdasarkan hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia.
[1]. SUKA MENCELA DAN MENGANGGAP SESAT
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
12:55 AM
Sunday, July 15, 2012
Melompat dan menari mencari redha Ilahi
Bismillah….Amma Ba'd :
Aqal manusia ibarat ladang, berfikir bagaikan menanam, sekiranya benih yang ditanam itu sering disiram, sudah tentu akan tumbuh menjadi pohonan, akarnya menjalar, batangnya kukuh besar, tidak mudah ditumbangkan.
Ramai yang tertipu dengan ideologi, fahaman dan budaya yang dilempar benihnya oleh musuh islam dalam diri mereka. Fahaman ini kemudiannya terus disiram, dibelai sehingga tumbuh tegap menjadi suatu prinsip dan pendirian yang tidak mudah diubah atau ditumbangkan.
Tidak hairanlah apabila kita melihat sebahagian orang islam yang bermati-matian siang dan malam, pagi dan petang mempromosikan candu syubuhat dan ganja syahawat yang diimport dari musuh dan dipasarkan dalam pasaran masyarakat, sehingga hasil keuntungannya telah dirasai dan dinikmati bersama oleh pembekal, pengimport, pengedar, peniaga dan penjaja pahaman dan pemikiran tersebut.
Fenomena pengimportan fahaman dan budaya yang bertentangan dengan agama membuat kita amat berduka. Namun, paling kurang kita kenal bahawa sekularisme, feminisme, hedonisme dan sebagainya bukan dari agama, hanya bahan import semata.
Sesuatu yang lebih membimbangkan kita, apabila ada yang mendakwa sebagai golongan agama mula menjaja dan menaja sesuatu perkara yang bertentangan dengan ajarannya, tetapi dilebelkan dengan jenama agama. Tajuk yang ingin saya kongsikan bersama untuk difikirkan seketika walaupun mungkin ada yang akan terasa, namun diharapkan dapat meningkatkan kefahaman kita kepada agama, dan menjadi hujah didepan Allah bahawa saya telah menyampaikan apa yang saya tahu, saya berharap kepada rakan-rakan taulan yang terlibat dengan amalan seperti ini agar meninggalkannya dan kembalilah beramal ibadah kepada Allah dengan cara yang diajarkan syariat . Tajuk yang saya maksudkan ialah
" Melompat dan menari mencari redha Ilahi"
Kedengaran pelik, tapi benar. Amalan menari, berjoget, melompat-lompat sambil memekikkan zikir dan doa mula tersebar dengan meluas dalam masyarakat kita sekarang. Malah, golongan yang pro kepada amalan-amalan sebegini mula mencari-cari dalil dari quran atau sunnah untuk membenarkan apa yang mereka lakukan. Saya tidak faham bagaimana cara mereka memahami firman Allah s.w.t dalam surah Al-'Araf, Ayat 55:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas".
Aqal manusia ibarat ladang, berfikir bagaikan menanam, sekiranya benih yang ditanam itu sering disiram, sudah tentu akan tumbuh menjadi pohonan, akarnya menjalar, batangnya kukuh besar, tidak mudah ditumbangkan.
Ramai yang tertipu dengan ideologi, fahaman dan budaya yang dilempar benihnya oleh musuh islam dalam diri mereka. Fahaman ini kemudiannya terus disiram, dibelai sehingga tumbuh tegap menjadi suatu prinsip dan pendirian yang tidak mudah diubah atau ditumbangkan.
Tidak hairanlah apabila kita melihat sebahagian orang islam yang bermati-matian siang dan malam, pagi dan petang mempromosikan candu syubuhat dan ganja syahawat yang diimport dari musuh dan dipasarkan dalam pasaran masyarakat, sehingga hasil keuntungannya telah dirasai dan dinikmati bersama oleh pembekal, pengimport, pengedar, peniaga dan penjaja pahaman dan pemikiran tersebut.
Fenomena pengimportan fahaman dan budaya yang bertentangan dengan agama membuat kita amat berduka. Namun, paling kurang kita kenal bahawa sekularisme, feminisme, hedonisme dan sebagainya bukan dari agama, hanya bahan import semata.
Sesuatu yang lebih membimbangkan kita, apabila ada yang mendakwa sebagai golongan agama mula menjaja dan menaja sesuatu perkara yang bertentangan dengan ajarannya, tetapi dilebelkan dengan jenama agama. Tajuk yang ingin saya kongsikan bersama untuk difikirkan seketika walaupun mungkin ada yang akan terasa, namun diharapkan dapat meningkatkan kefahaman kita kepada agama, dan menjadi hujah didepan Allah bahawa saya telah menyampaikan apa yang saya tahu, saya berharap kepada rakan-rakan taulan yang terlibat dengan amalan seperti ini agar meninggalkannya dan kembalilah beramal ibadah kepada Allah dengan cara yang diajarkan syariat . Tajuk yang saya maksudkan ialah
" Melompat dan menari mencari redha Ilahi"
Kedengaran pelik, tapi benar. Amalan menari, berjoget, melompat-lompat sambil memekikkan zikir dan doa mula tersebar dengan meluas dalam masyarakat kita sekarang. Malah, golongan yang pro kepada amalan-amalan sebegini mula mencari-cari dalil dari quran atau sunnah untuk membenarkan apa yang mereka lakukan. Saya tidak faham bagaimana cara mereka memahami firman Allah s.w.t dalam surah Al-'Araf, Ayat 55:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas".
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
12:30 PM
Saturday, July 7, 2012
TAWASSUL DENGAN ORANG MATI
SYUBHAT DAN BANTAHANNYA
Adapun dalil-dalil yang dijadikan alasan bolehnya tawassul dengan orang yang telah mati, sebagaimana yang antum nukilkan di atas, inilah jawaban kami:
1. Dalil Pertama.
إِذَا تَحَيَّرْتُمْ فِيْ اْلأُمُوْرِ فَاسْتَعِيْنُوْا مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ . كَذَا فِي الْبَهْجَةِ السُّنِّيَّةِ للشَّيْخِ مُحمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْجَانِي ص
Hadits pertama itu artinya:
“Jika kamu bingung di dalam perkara-perkara, maka mintalah tolong dari para penghuni kubur!” Demikian disebutkan di dalam kitab Al-Bahjah As-Sunniyyah karya Syeikh Muhammad bin Abdullah Al-Jani, hal:41.
Bantahan:
Ketahuilah bahwa ini adalah hadits palsu! Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang hadits ini: “Ini palsu dengan kesepakatan ahli ilmu, tidak ada seorangpun dari ulama ahli hadits yang meriwayatkannya.” [Al-Istighatsah Ar-Raddu ‘Alal Bakri, II/483, tahqiq Abdullah bin Dujain As-Sahli, Darul Wathan, Cet:I, Th:1997 M/1417 H]
Abdullah bin Dujain As-Sahli berkata mengomentari perkataan Syeikhul Islam di atas: "Ini adalah hadits palsu, disebutkan oleh Al-‘Ajluni di dalam Kasyful Khafa’ I/85, dan dia menyandarkan kepada Ibnu Kamal Basya; Ibnul Qayyim menjelaskan kelemahannya di dalam Ighatsatul Lahfan I/333, demikian pula Muhammad Nashib Ar-Rifa’I di dalam At-Tawashul Ila Haqiqati At-Tawasul Al-Masyru’ wal Mamnu’ , hal:252, Cet:III, 1399 H, dan lainnya."
Di sini kami perlu mengingatkan dengan sebuah hadits mutawatir tentang bahaya menyampaikan hadits-hadits palsu dan menisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu:
وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
"Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja maka siapkanlah tempat duduknya di neraka". [Hadits Mutawatir].
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
2:22 PM
Wednesday, July 4, 2012
SAMBUTAN NISFU SYA’BAN BUKAN DARI SUNNAH?
Oleh Mohd Yaakub bin Mohd Yunus
Apabila memperkatakan tentang bulan Sya’ban, maka tentu sekali tarikh 15 Sya’ban atau juga lebih di kenali sebagai Nisfu Sya’ban akan bermain-main di fikiran masing-masing. Pada tarikh ini atau lebih spesifik pada waktu malamnya dianggap sebagai satu malam yang memiliki kemuliaan khusus sehinggakan rata-rata umat Islam di Malaysia mengadakan amalan-amalan tertentu seperti melakukan solat malam yang khusus, berpuasa pada siang hari, membaca surah Yassin sebanyak 3 kali dan diselang-selikan dengan doa-doa tertentu.
Ada juga yang beranggapan pada malam inilah diangkat segala amalan kita dan ditentukan segala perkara berhubung dengan kehidupan makhluk seperti hidup, mati, rezeki, untung rugi dan lain-lain atau dikenali sebagai al-Qadr. Melalui artikel ini, penulis akan cuba mengutarakan beberapa perkara yang sering diperdebatkan tentang Nishfu Sya’ban seperti:
1. Status Hadis Tentang Nisfu Sya’ban
2. Amalan-amalan Khusus Sempena Nisfu Sya’ban
3. Benarkah al-Qadr Itu Jatuh Pada Malam Nisfu Sya’ban?
STATUS HADIS TENTANG NISFU SYA’BAN
Hadis-hadis yang membicarakan tentang Nishfu Sya’ban kesemuanya berstatus daif (lemah) dan maudu’ (palsu) kecuali terdapat sebuah hadis menurut Syeikh Muhammad Nasiruddin al-Albani r.h adalah sahih daripada Nabi s.a.w, iaitu riwayat yang diterima daripada Mu’az bin Jabal r.a yang berbunyi:
Apabila memperkatakan tentang bulan Sya’ban, maka tentu sekali tarikh 15 Sya’ban atau juga lebih di kenali sebagai Nisfu Sya’ban akan bermain-main di fikiran masing-masing. Pada tarikh ini atau lebih spesifik pada waktu malamnya dianggap sebagai satu malam yang memiliki kemuliaan khusus sehinggakan rata-rata umat Islam di Malaysia mengadakan amalan-amalan tertentu seperti melakukan solat malam yang khusus, berpuasa pada siang hari, membaca surah Yassin sebanyak 3 kali dan diselang-selikan dengan doa-doa tertentu.
Ada juga yang beranggapan pada malam inilah diangkat segala amalan kita dan ditentukan segala perkara berhubung dengan kehidupan makhluk seperti hidup, mati, rezeki, untung rugi dan lain-lain atau dikenali sebagai al-Qadr. Melalui artikel ini, penulis akan cuba mengutarakan beberapa perkara yang sering diperdebatkan tentang Nishfu Sya’ban seperti:
1. Status Hadis Tentang Nisfu Sya’ban
2. Amalan-amalan Khusus Sempena Nisfu Sya’ban
3. Benarkah al-Qadr Itu Jatuh Pada Malam Nisfu Sya’ban?
STATUS HADIS TENTANG NISFU SYA’BAN
Hadis-hadis yang membicarakan tentang Nishfu Sya’ban kesemuanya berstatus daif (lemah) dan maudu’ (palsu) kecuali terdapat sebuah hadis menurut Syeikh Muhammad Nasiruddin al-Albani r.h adalah sahih daripada Nabi s.a.w, iaitu riwayat yang diterima daripada Mu’az bin Jabal r.a yang berbunyi:
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
1:33 PM
Sunday, July 1, 2012
Istidraj
It is when ALLAH (SWT) gives fortunes to someone whereby ALLAH(SWT) is not pleased with him. This is what’s called istidraj. Rasullulah (SAW) said :"When you see Allah (SWT) gives good fortunes to his slaves who are always committing sins (disobedient), know that the person is being given istidraj by ALLAH(SWT)." (At-Tabrani, Ahmad and Al-Baihaqi)
However, those disobedient people who keep on committing sins are clueless. They think that they received the fortunes because God is with them and they feel that God is kind to them in spite of their wrongdoings. Then again the people who know that we must follow the footsteps of Rasullulah (SAW) and hold on tight to Islam in order to obtain happiness in this dunya (world) and akhira (afterlife), are still doubtful.
Why is it that people who pray 5 times a day, who wake up in the middle of the night to offer tahajjud, who fast not only in the month of Ramadhan, but also on Monday, Thursday and other voluntary fasting, live an ordinary life… some are even living in difficulties. Why? And how about the people who never pray in their whole life, nor fasting, yet they are living a prosperous and affluent life? Their houses are conspicuously built, their expensive cars are parked from end to end and they have a lot of money in the bank.
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
12:18 AM
Subscribe to:
Posts (Atom)