Sunday, January 1, 2012
KETERASINGAN SUNNAH DAN AHLU SUNNAH DI TENGAH MARAKNYA BID'AH DAN AHLI BID'AH
Oleh
Ustadz Abu Ihsan al Atsari
Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma berkata: "Semua bid'ah sesat walaupun seluruh manusia menganggapnya baik."[1]
Ucapan Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma ini menjadi peringatan bagi siapa saja, bahwa kwantitas atau jumlah bukan ukuran kebenaran. Salah satu kaidah yang telah disepakati oleh ulama menyatakan: "Popularitas sebuah perbuatan dan penyebarannya, sama sekali tidak menunjukkan kebolehannya, sebagaimana halnya keterasingan sebuah perbuatan, bukan dalil bahwa perbuatan itu dilarang".
Ustadz Abu Ihsan al Atsari
Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma berkata: "Semua bid'ah sesat walaupun seluruh manusia menganggapnya baik."[1]
Ucapan Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma ini menjadi peringatan bagi siapa saja, bahwa kwantitas atau jumlah bukan ukuran kebenaran. Salah satu kaidah yang telah disepakati oleh ulama menyatakan: "Popularitas sebuah perbuatan dan penyebarannya, sama sekali tidak menunjukkan kebolehannya, sebagaimana halnya keterasingan sebuah perbuatan, bukan dalil bahwa perbuatan itu dilarang".
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
10:05 AM
Monday, December 26, 2011
Masjidul Bait (Masjid Di Dalam Rumah) Urgensi Dan Fungsinya
Rumah merupakan salah satu nikmat besar dari Allah Azza wa Jalla bagi setiap muslim. Allah Azza wa Jalla telah mengingatkan besarnya nikmat ini dan fungsi pentingnya bagi para penghuninya. Jiwa-jiwa dan hati mereka akan merasa tenang ketika sudah berada di dalamnya. Rumah akan menjadi tempat melepas lelah, menutup aurat, dan menjadi tempat menjalankan berbagai aktifitas yang bermanfaat, untuk dunia maupun akherat.
Allah Azza wa Jalla mengingatkan besarnya nikmat rumah bagi manusia dengan berfirman.
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّن بُيُوتِكُمْ سَكَنًا
“dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal” [an-Nahl/16 : 80]
Allah Azza wa Jalla mengingatkan besarnya nikmat rumah bagi manusia dengan berfirman.
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّن بُيُوتِكُمْ سَكَنًا
“dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal” [an-Nahl/16 : 80]
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
8:55 AM
Monday, November 14, 2011
RINGKASAN SIFAT SHALAT NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM (Dari "Ruku" hingga "Salam")
Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Perhatian :
Tulisan ini hanya ringkasan, bagi pembaca yang ingin mengetahui dalil-dalilnya dipersilahkan merujuk buku aslinya yaitu : "Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam", oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
(6). RUKU'
69. Bila selesai membaca, maka diam sebentar menarik nafas agar bisa teratur
70. Kemudian mengangkat kedua tangan seperti yang telah dijelaskan terdahulu pada takbiratul ihram.
71. Dan takbir, hukumnya adalah wajib.
72. Lalu ruku' sedapatnya agar persendian bisa menempati posisinya dan setiap anggota badan mengambil tempatnya. Adapun ruku' adalah rukun.
CARA RUKU'
73. Meletakkan kedua tangan diatas lutut dengan sebaik-baiknya, lalu merenggangkan jari-jari seolah-olah menggemgam kedua lutut. Semua itu hukumnya wajib.
74. Mensejajarkan punggung dan meluruskannya, sehingga jika kita menaruh air dipunggungnya tidak akan tumpah. Hal ini wajib.
75. Tidak merendahkan kepala dan tidak pula mengangkatnya tapi disejajarkan dengan punggung.
76. Merenggangkan kedua siku dari badan.
77. Mengucapkan saat ruku'. "Subhaana rabbiiyal 'adhiim". "Segala puji bagi Allah yang Maha Agung". tiga kali atau lebih. [1]
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Perhatian :
Tulisan ini hanya ringkasan, bagi pembaca yang ingin mengetahui dalil-dalilnya dipersilahkan merujuk buku aslinya yaitu : "Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam", oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
(6). RUKU'
69. Bila selesai membaca, maka diam sebentar menarik nafas agar bisa teratur
70. Kemudian mengangkat kedua tangan seperti yang telah dijelaskan terdahulu pada takbiratul ihram.
71. Dan takbir, hukumnya adalah wajib.
72. Lalu ruku' sedapatnya agar persendian bisa menempati posisinya dan setiap anggota badan mengambil tempatnya. Adapun ruku' adalah rukun.
CARA RUKU'
73. Meletakkan kedua tangan diatas lutut dengan sebaik-baiknya, lalu merenggangkan jari-jari seolah-olah menggemgam kedua lutut. Semua itu hukumnya wajib.
74. Mensejajarkan punggung dan meluruskannya, sehingga jika kita menaruh air dipunggungnya tidak akan tumpah. Hal ini wajib.
75. Tidak merendahkan kepala dan tidak pula mengangkatnya tapi disejajarkan dengan punggung.
76. Merenggangkan kedua siku dari badan.
77. Mengucapkan saat ruku'. "Subhaana rabbiiyal 'adhiim". "Segala puji bagi Allah yang Maha Agung". tiga kali atau lebih. [1]
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
9:52 PM
RINGKASAN SIFAT SHALAT NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM (Dari "Menghadap Ka'abah" hingga "Bacaan Sesudah Al-Fatihah")
Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Perhatian :
Tulisan ini hanya ringkasan, bagi pembaca yang ingin mengetahui dalil-dalilnya dipersilahkan merujuk buku aslinya yaitu : "Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam", oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
(1). MENGHADAP KA'BAH
1. Apabila anda - wahai Muslim - ingin menunaikan shalat, menghadaplah ke Ka'bah (qiblat) dimanapun anda berada, baik shalat fardlu maupun shalat sunnah, sebab ini termasuk diantara rukun-rukun shalat, dimana shalat tidak sah tanpa rukun ini.
2. Ketentuan menghadap qiblat ini tidak menjadi keharusan lagi bagi 'seorang yang sedang berperang' pada pelaksanaan shalat khauf saat perang berkecamuk dahsyat.
Dan tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang tidak sanggup seperti orang yang sakit atau orang yang dalam perahu, kendaraan atau pesawat bila ia khawatir luputnya waktu.
Juga tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang shalat sunnah atau witir sedang ia menunggangi hewan atau kendaraan lainnya. Tapi dianjurkan kepadanya - jika hal ini memungkinkan - supaya menghadap ke qiblat pada saat takbiratul ikhram, kemudian setelah itu menghadap ke arah manapun kendaraannya menghadap.
3. Wajib bagi yang melihat Ka'bah untuk menghadap langsung ke porosnya, bagi yang tidak melihatnya maka ia menghadap ke arah Ka'bah.
HUKUM SHALAT TANPA MENGHADAP KA'BAH KARENA KELIRU
4. Apabila shalat tanpa menghadap qiblat karena mendung atau ada penyebab lainnya sesudah melakukan ijtihad dan pilihan, maka shalatnya sah dan tidak perlu diulangi.
5. Apabila datang orang yang dipercaya saat dia shalat, lalu orang yang datang itu memberitahukan kepadanya arah qiblat maka wajib baginya untuk segera menghadap ke arah yang ditunjukkan, dan shalatnya sah.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Perhatian :
Tulisan ini hanya ringkasan, bagi pembaca yang ingin mengetahui dalil-dalilnya dipersilahkan merujuk buku aslinya yaitu : "Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam", oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
(1). MENGHADAP KA'BAH
1. Apabila anda - wahai Muslim - ingin menunaikan shalat, menghadaplah ke Ka'bah (qiblat) dimanapun anda berada, baik shalat fardlu maupun shalat sunnah, sebab ini termasuk diantara rukun-rukun shalat, dimana shalat tidak sah tanpa rukun ini.
2. Ketentuan menghadap qiblat ini tidak menjadi keharusan lagi bagi 'seorang yang sedang berperang' pada pelaksanaan shalat khauf saat perang berkecamuk dahsyat.
Dan tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang tidak sanggup seperti orang yang sakit atau orang yang dalam perahu, kendaraan atau pesawat bila ia khawatir luputnya waktu.
Juga tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang shalat sunnah atau witir sedang ia menunggangi hewan atau kendaraan lainnya. Tapi dianjurkan kepadanya - jika hal ini memungkinkan - supaya menghadap ke qiblat pada saat takbiratul ikhram, kemudian setelah itu menghadap ke arah manapun kendaraannya menghadap.
3. Wajib bagi yang melihat Ka'bah untuk menghadap langsung ke porosnya, bagi yang tidak melihatnya maka ia menghadap ke arah Ka'bah.
HUKUM SHALAT TANPA MENGHADAP KA'BAH KARENA KELIRU
4. Apabila shalat tanpa menghadap qiblat karena mendung atau ada penyebab lainnya sesudah melakukan ijtihad dan pilihan, maka shalatnya sah dan tidak perlu diulangi.
5. Apabila datang orang yang dipercaya saat dia shalat, lalu orang yang datang itu memberitahukan kepadanya arah qiblat maka wajib baginya untuk segera menghadap ke arah yang ditunjukkan, dan shalatnya sah.
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
9:47 PM
Sunday, November 13, 2011
Definisi Taklid, Ittiba, dan Ijtihad
Taklid adalah mengamalkan sesuatu perkara atau mengikuti sesuatu pendapat tanpa mengetahui dalil yang membelakangi amal atau pendapat tersebut.
Ittiba’ pula adalah mengamalkan sesuatu perkara atau mengikuti sesuatu pendapat yang disertai dengan dalil dari al-Qur’an dan al-Hadis yang membelakangi amal atau pendapat tersebut.
Ijtihad pula adalah mengerahkan upaya dengan bersungguh-sungguh untuk mengetahui sesuatu hukum yang bersumberkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Ittiba’ pula adalah mengamalkan sesuatu perkara atau mengikuti sesuatu pendapat yang disertai dengan dalil dari al-Qur’an dan al-Hadis yang membelakangi amal atau pendapat tersebut.
Ijtihad pula adalah mengerahkan upaya dengan bersungguh-sungguh untuk mengetahui sesuatu hukum yang bersumberkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
9:21 PM
Friday, November 11, 2011
Benarkah Penilaian Al-Albani Sering Saling Bercanggah?
Ketika mentohmah Al-Albani sebagai tokoh kontradik dalam kajian hadith, Al-Ghari langsung tidak membawa sebarang contoh bagi membuktikan tohmahannya itu, sebaliknya dia sekadar menyebut nama-nama individu yang pernah mengkritik kajian Al-Albani dalam kitab masing-masing, termasuklah nama gurunya As-Saqqaf. Sebenarnya, Al-Ghari tidak mampu membuat kritikan secara ilmiah terhadap kajian hadith yang dibuat oleh Al-Albani kerana beliau terlalu jahil dalam bidang berkenaan. Hakikat kejahilan beliau telah terbukti berulang kali dalam contoh-contoh yang telah dibincangkan sebelum ini. Di sebabkan kejahilan itu, beliau bergantung sepenuhnya kepada tulisan para pengkritik Al-Albani dan mengikut secara buta segala kritikan itu tanpa ada sebarang kemampuan untuk menilai kekuatan dan kelemahan kritikan tersebut, lebih-lebih lagi bila dia mendapati segala kritikan itu bersesuaian dengan nafsu jahat yang menguasai dirinya.
Berdasarkan tinjauan penulis terhadap kritikan yang dibuat oleh para pengkritik Al-Albani, didapati kritikan tersebut terbahagi kepada dua bentuk:bentuk:
Berdasarkan tinjauan penulis terhadap kritikan yang dibuat oleh para pengkritik Al-Albani, didapati kritikan tersebut terbahagi kepada dua bentuk:bentuk:
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
5:26 PM
Qadha Solat Sunat?
Kita sering tertinggal melakukan ibadat solat sunat, seperti solat sunat sebelum subuh dan sebagainya. Anda rasa pelik apabila mendengar ada orang berkata, solat sunat yang tertinggal pun harus diqadha balik. Betulkah begitu?
Adalah menjadi suatu tuntutan syarak yang diketahui secara umum, solat wajib yang tertinggal mesti diqadhakan semuanya.
Ini berdasarkan hadis Sahih Muslim (mafhumnya): “Jika seseorang daripada kamu tertidur sehingga tertinggal solatnya, atau terlalai daripadanya, maka hendaklah dia mendirikannya solat tersebut, apabila dia teringat padanya. Sesungguhnya Allah SWT berfirman: “Dirikanlah solat untuk mengingati-Ku.”
Adalah menjadi suatu tuntutan syarak yang diketahui secara umum, solat wajib yang tertinggal mesti diqadhakan semuanya.
Ini berdasarkan hadis Sahih Muslim (mafhumnya): “Jika seseorang daripada kamu tertidur sehingga tertinggal solatnya, atau terlalai daripadanya, maka hendaklah dia mendirikannya solat tersebut, apabila dia teringat padanya. Sesungguhnya Allah SWT berfirman: “Dirikanlah solat untuk mengingati-Ku.”
Hasil nukilan
Gjoykamitake
pada
5:18 PM
Subscribe to:
Posts (Atom)